1. Tahapan Dalam Penulisan di
Perguruan Tinggi
a. Tahap
prapenulisan
Tahap ini merupakan tahap perencanaan
atau persiapan menulis dan mencakup beberapa langkah kegiatan yaitu :
Ø Kegiatan
ini di mulai dengan menentukan topik / tema kita harus menemukan hal apa yang
akan di bahas dalam tulisan. Perlu di ingat, bahwa topiK tulisan harus selalu
berhubungan dengan fakta.
Ø Membatasi
topik berarti mempersempit dan memperkhusus lingkup pembicaraan yang berarti
mempersempit dan mengkhususkan lingkup pembahasan. Caranya adalah dengan
membuat klasifikasi. Dengan membatasi topik, berarti kita telah dapat
menentukan tujuan penulisan sebagai pengendali tulisan secara menyeluruh, yang
berkaitan dengan bahan yang di perlukan, lingkup pembahasan .
Ø Menentukan
bahan atau materi penulisan,macamnya,beberapa luasnya dan dari mana diperoleh,
seperti : jenis materi, luas materi, sumber materi. Bahan penulisan dapat
berupa rincian, sejarah kasus, contoh, penjelasan, definisi dan fakta. Bahan–bahan
ini dapat diperoleh dari berbagai sumber.
Ø Menyusun
kerangka karangan, artinya memecahkan topik menjadi bagian- bagian atau
subtopik-subtopik . Kerangka dapat bebentuk kerangka topik yaitu, butir-butir
topik berupa frase pendek atau kerangka kalimat yaitu berupa butir-butir berupa
kalimat yang lebih rinci. Kerangka harus disusun secara logis, sistematik dan
konsisten.
b. Tahap
penulisan
Pada tahap ini membahas setiap butir
topik yang ada di dalam kerangka yang disusun dengan menggunakan bahan-bahan
yang sudah diklasifikasikan menurut keperluan sendiri. Dalam mengembangkan
gagasan menjadi suatau karangan yang utuh, diperlukan bahasa dan menguasai kata
kata yang akan mendukung gagasan yang dipahami pembaca.
c. Tahap
Revisi
Pada tahap ini biasanya meneliti secara
menyeluruh mengenai logika, sistematika, ejaan, tanda baca pilihan kata,
kalimat, paragraf, mengetikan catatan kaki dan daftar pustaka.
2. Contoh Penulisan
LAPORAN
PENELITIAN
MAGANG
SEBAGAI JEMBATAN MOBILITAS SOSIAL
DARI
PETANI MENJADI PERAJIN
I. Pendahuluan
Perajin
sering dipandang memiliki status sosial lebih tinggi daripada petani. Hal ini
disebabkan karena adanya anggapan bahwa seorang perajin biasanya bekerja
didalam rumah, terlindung dari terik sinar matahari sehingga suasananya tampak
nyaman. Sebaliknya, Petani harus bekerja disawah, dibawah sengatan sinar
matahari dan kadang harus bergemul dengan kotoran-kotoran yang berbau tidak
sedap. Oleh karena itu, tidak berlebihan jika sebagian masyarakat pedesaan
menganggap bahwa pekerjaan perajin lebih berprestise daripada petani meskipun
hanya menjadi perajin industri kecil dengan skala usaha yang masih terbatas.
Lapangan
pekerjaan disektor industri kecil yang makin terbuka menyebabkan terjadinya
mobilitas sosial dari petani menjadi perajin. Meskipun Sebenarnya mereka belum
memiliki keahlian yang memadai, terlebih lagi tingkat pendidikan mereka
sebagian besar (73%) masih berpendidikan SD kebawah. Oleh karena itu, tidak
mengherankan bahwa produktivitas kerja dan hasil yang mereka peroleh amsih
rendah.
Berkaitan
dengan hal diatas, perlu dilaksanakan penelitian yang seksama mengenai
mobilitas sosial dan petani menjadi perajin. Dalam laporan ini, objek
penelitiannya adalah masyarakat pedesaan disekitar Surakarta, Jawa Tengah.
II. Tujuan Penelitian
1.
Menelaah penyebab terjadinya penyebab
mobilitas sosial dari petani menjadi perajin.
2.
Memberikan penyadaran pada masyarakat
dampak industrialisasi.
III. Metodologi
Penelitian
Penelitian
ini menggunakan pendekatan survey secara kualitatif dengan cara melakukan
wawancara dengan narasumber. Digunakannya metodologi kualitatif ini agar hasil
yang dicapai benar-benar akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Adapun
langkah-langkahh kerjanya sebagai berikut :
1.
Menentukan objek penelitian
2.
Melakukan wawancara dengan narasumber
3.
Mengklasifikasi Masalah
4.
Merumuskan masalah
5.
Memberikan solusi/simpulan
IV. Hasil Penelitian
Berdasarkan Survey yang
telah dilakukan, ada beberapa faktor yang menyebabkan mobilitas sosial dari
petani menjadi perajin melalui proses magang sebagai berikut :
1.
Pengaruh media masa
Media
masa baik berupa elektronik maupun cetaktelah membawa pengaruh yang besar
terhadap pola pikir masyarakat pedesaan. Selama ini media masa selalu
mengangkat kesuksesan-kesuksaesan para perajin. Dengan demikian, lambat laun
opini publik tersebut akhirnya mendo rong petani untuk menjadi perajin.
2.
Dukungan keluarga dan masyarakat
Keluarga,
kerabat dan komunitas yang melatari kehidupan petani sering memberikan saran
dan harapan yang besar untuk menjadi seorang perajin. Mereka selalu memandang orang-orang
yang telah sukses berkat usaha menjadi seorang perajin industri kecil meskipun
mereka masih berstatus magang atau buruh kontrak.
3.
Sektor perekonomian indonesia yang lebih
mengutamakan induatri daripada petanian
Perokonimian
negara kita yang ikut terbawa arus globalisasi dan kepentingan neoliberalisme
(para pemilik modal) telah mendorong lajunya industrialisasi. Oleh karena itu,
tidak mengherankan bahwa investasi yang mereka tanamkan lebih mengarah pada
sektor industri.
4.
Tingkat pendidikan yang rendah
Rendahnya
tingkat pedidikan mereka dan keahlian yang belum memadai, membuat mereka tidak
meminliki sistem kontrol diri yang kuat. Konsep diri yang lemah ini membuat
mereka mudah terbawah arus jaman.
V. Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada beberapa faktor yang
menyebabkan para petani melakukan mobilita sosial menjadi perajin. Jika tidak
ada suatu program penyadaran baik dari pemerintah maupun masayarakat setempat,
dapat dipastikan asil produksi pertanian akan makin berkurang sehingga negara
pun akan mengimpor beras dari luar negeri.
Akhirnya,
diharapkan penelitia ini mampu memberikan penyadaran pada masyarakat dan dapat
menjadi masukan untuk pihak-pihak berwenang memberikan kebajikan.
Referensi :
Komentar
Posting Komentar