Setelah berhasil lolos dari
labirin, Thomas di bawa ke sebuah kamp misterius. Ingatan masa lalunya pun
telah dikembalikan. Kepala camp menyebutkan dirinya kini telah dalam
perlindungan. Disana, Thomas menemui banyak remaja seusianya. Dan ia akhirnya mengetahui
bahwa dirinya bukan satu-satunya yang diletakan pada permainan labirin dan
berhasil meloloskan diri. Semua yang berkumpul di kamp tersebut adalah mereka
yang berhasil lolos dari labirin milik Wicked.
Thomas masih bisa bertemu dengan
teman-temannya yang lolos dari labirin yang sama yaitu Newt, Teresa, Minho,
Winston dan juga Frypan. Tapi Thomas masih mencurigai bahwa kamp tersebut
menginginkan sesuatu dari mereka. Setiap harinya ada beberapa anak yang
dipilih, dan kemudian dipisahkan. Kepala kamp menyebutkan bahwa yang
terpilih adalah mereka yang akan memulai kehidupan yang baru. Namun tak pernah
ada yang tahu seperti apa kehidupan yang baru itu.
Tiba-tiba di suatu malam, seorang
anak lelaki masuk ke kamar Thomas melalui lubang ventilasi udara. Thomas
terkejut dengan apa yang dilakukan anak lelaki tersebut. Diketahui, anak lelaki
tersebut adalah yang paling dahulu tiba di kamp dan selalu menyendiri. Anak
lelaki tersebut bernama Aris, yang kemudian menunjukan suatu hal pada Thomas.
Kecurigaan Thomas tentang kemana perginya ‘mereka yang terpilih’ menjadi
kenyataan.
Thomas dan Aris menemukan di
dalam sebuah lab, mereka yang terpilih rupanya ‘dipanen’ karena darah mereka
memiliki kekebalan dari Crank. Crank adalah makhluk parasit yang menjadikan manusia
sebagai inang, dan merubahnya menjadi zombie. Crank telah menghancurkan
kehidupan manusia di permukaan bumi, dimana jutaan orang telah berubah menjadi
mayat hidup.
Thomas menyadari bahwa ini kamp
ini bukanlah tempat perlindungan melainkanmasih merupakan operasi dari Wicked.
Tak mau dirinya menjadi objek ‘panen’, ia dan teman-temannya pun mencari cara
untuk melarikan diri. Tapi mereka juga tahu bahwa diluar sana ia setiap waktu
bisa menjadi santapan empuk Crank. Lalu apakah yang harus dilakukan thomas dan
kawan-kawan. Apakah mereka memilih menjadi objek panen atau menghadapi ribuan
Crank hanya dengan sebelas orang rekannya?
Di sekuel kedua ini, The Maze
Runner menampilkan apa yang benar-benar saya inginkan dari film adventure. Film
ini telah berubah dari sekedar kisah survival dari seorang Thomas, menjadi
action drama post-apocalypte yang sangat kompleks dari segala hal. Sebut saja
beberapa film seperti The Island, Mad Max, The Walking Dead, Divergent,
dan I am Legend, yang kemudian digabungkan menjadi satu film, maka itu
bisa sedikit menggambarkan apa yang saya saksikan dari The Maze Runner : Scorch
Trial.
The Maze Runner ”Scorch Trial”
menabrakan beberapa elemen yang kuat dalam film, dimana semua penggarapanya
terasa benar-benar matang. Mengadaptasikan cerita dari novel ke dalam film
tentu bukan lah hal yang mudah. Pastinya harus bisa memenuhi harapan dari para
penggemar yang telah membaca terlebih dahulu ceritanya melalui buku novel.
Dalam film harus bisa menghadirkan seluruh cerita dalam waktu lebih singkat,
tetapi tetap tak mengorbankan detail cerita yang ada. Dan film ini sepertinya
bisa memenuhi harapan tersebut. Alur yang singkat, padat dan jelas,
membuat penonton tak merasa film ini jadi suguhan yang monoton.
Tentunya The Maze Runner: The Scorch
Trial membawa konflik yang lebih luas dan kompleks. Thomas dan kawan-kawan
masih terus berlari dari kejaran wicked, tapi keselamatan mereka tak hanya
terancam dari satu musuh saja. Apa yang mereka temukan di dunia luar yang
rupanya telah mengalami kehancuran, lebih mengerikan dari yang mereka bayangkan
sebelumnya. Selain itu adegan drama juga digarap lebih mendalam dan
menghanyutkan emosi penonton, tentang pemberontakan, pengkhianatan,
persahabatan hingga romansa.
Masih tetap pelarian dari musuh, di
sini kita terasa seperti menyaksikan sebuah serial dimana timing antara
ketegangan satu dan lainnya memiliki periode yang teratur. Seolah loncat dari
satu titik aman ke titik aman lainnya, penonton perlu menghela nafas sejenak
sebelum lanjut menuju ketegangan lainnya. Polanya pun progresive, karena hingga
bagian akhir semua ketegangan semakin meningkat.
Penataan adegan baik dialog dan
aksi dikemas seimbang. Tidak terlalu banyak dialog, apalagi yang biasanya hanya
membuang waktu penonton dengan ucapan analogi yang tidak jelas, The Maze Runner
memberikan dialog antar pemain lebih mudah dimengerti. Mungkin karena film ini
memang menargetkan segmen remaja, sehingga apa yang disampaikan sebisa mungkin
harus lebih simpel. Tak Cuma menjelaskan apa yang terjadi di sekuel kedua, dari
dialog yang dimainkan oleh para pemeran, kita bisa mengambil flashback dari
cerita di sekuel sebelumnya. Bahkan jika Anda belum menyaksikan sekuel film
pertama, menyaksikan sekuel film kedua langsung tak akan membuat anda
kebingungan dengan alur cerita yang terjadi.
Untuk adegan action, The Maze
Runner memang selalu di dominasi dengan adegan berlari. Tapi yang menjadi
spesial adalah background lokasi yang digunakan selalu berhasil memicu
ketegangan lebih tinggi. Spesial effect jadi keunggulan nomer satu untuk
memberikan background yang dramatis. Penggambaran kota yang hancur, badai pasir
yang menerjang, lorong-lorong bawah tanah penuh mayat hidup, hingga
bangunan-bangunan yang runtuh terkesan begitu memukau sekaligus menyeramkan.
Dan berlari di semua lokasi tersebut, kita akan merasa ikut berkejaran dalam
petualangan.
Komentar
Posting Komentar